Ngobrol Film: Gundala: Negeri Ini Butuh Patriot - Kata Bojezs
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ngobrol Film: Gundala: Negeri Ini Butuh Patriot


Gundala: Negeri Ini Butuh Patriot 

Setelah puluhan purnama, akhirnya mengisi kegabutan yang hqq disini, lama sekali sampai-sampai ni blog ramaten, ngeres, dan tidak diperhatikan :(. Oiya lagi rame-rame film Gundala niy, sudah ada yang nontonkah?. Bagi beberapa pembaca yang kelahiran tahun 80an mungkin masih ingat film Gundala :Putra Petir  yang sempat diputar di TV nasional kala itu. Jika kalian belum melihat versi filmnya, mungkin kalian juga masih ingat dengan versi komik. Film Gundala 2019 besutan sutradara Joko Anwar merupakan film remake dari film Gundala Putra Petir pada tahun 1981.

Film Gundala  menjadi film pembuka dari jagad sinema Bumi Langit. Jika pada film Gundala Putra petir tahun 1981, cerita lebih ditekankan kepada tokoh sentral Sancaka serta bagaimana dia menghadapi penjahat, pada film Gundala versi Joko Anwar film Gundala dimulai dengan sekelibat masa lalu Sancaka (tokoh utama sekaligus pemeran Gundala).

Masa lalu Sancaka yang begitu menyakitkan, kelam, dikhianati, disakiti, kesepian dan mengais kehidupan kemudian bertemu dengan kekejaman menjadi bagian dari masa lalu Sancaka yang kemudian membentuk pribadi Sancaka menjadi sosok yang keras dan egois. Kemampuan bela diri Sancaka menjadi tameng bagi dirinya untuk menghadapi kejamnya kehidupan.

Jalan keras yang dijalaninya membangkitkan apa yang selama ini tersimpan di dalam dirinya, kekuatan di dalam dirinya yang belum pernah dia sadari sebelumnya. Bagaimana ia mendapatkan kekuatannya? Siapa Pengkor sehingga dia tiba-tiba menjadi musuh Sancaka? Siapa pula para patriot, yang kelak akan menjadi superhero di Bumi Langit? Plot-plot yang terlihat seperti menyeruakan pertanyaan bagi para penonton ini terlihat sengaaj dibuat oleh Joko Anwar sebagai Black Hole untuk diungkap pada serial Jagad Bumi Langit lainnya.

Kemudian, apa yang menarik dari Gundala sebagai pembuka film Jagad Bumi Langit? Action score dari sebuah film superhero selalu menjadi daya tarik utama ketika ditonton, selain itu, kekuatan cerita dari film Gundala juga dinarasikan secara apik oleh Joko Anwar. Dari sisi set desain sinematografi, film ini dikemas dengan sangat baik. Adegan masa lalu dengan masa kini terkorelasi dengan jelas. Perpaduan set desain dan sinematografi film ini sangat memanjakan mata, khususnya di awal film.



Adegan action

Layaknya film superhero, action yang disajikan oleh Joko Anwar nyaris sempurna. Penggunaan CGI pada beberapa scene perkelahian terlihat janggal, terutama di bagian petirnya, yakan;yadonk? Namun film ini memang lebih mengedepankan narasi kekuatan bercerita daripada CGI. 

Walaupun penggunaan CGI terasa kurang gregetnya, namun masih terhitung smooth dan tidak membuat mata terasa aneh saat menonton adegan dengan CGI di Gundala. Saran dari penulis, penggunaan action laga untuk film-film Jagad Bumi Langit lebih dikedepankan daripada penggunaan CGI agar lebih menggigit dan natural.

Film Gundala juga menggunakan technology Dolby Atmos sehingga sound yang tersaji dalam film sangat terasa mumpuni.



Cast actor 

Joko Anwar sepertinya tak main-main dengan film Gundala:Negeri ini butuh patriot. Dia merekrut pemain film papan atas untuk bermain dalam film Gundala. Sebut saja Abimana Aryasatya sebagai Gundala, Tara Basro sebagai Wulan, Rio Dewanto, Ario Bayu, Cecep Arif Rahman, Lukman Sardi, Ari Tulang, Indra Brasco, dan masih banyak lagi nama tersohor yang terlibat.

Pengembangan karakter dalam cerita Gundala dibangun secara totalitas bertahap dan solid. Dimulai dari Sancaka kecil yang diperankan Muzzaki Ramdhan dengan totalitas emosi dan ekspresi yang membuktikan dirinya sebagai actor cilik yang patut diperhitungkan. Sementara sancaka dewasa diperankan oleh Abimana yang bisa menggambarkan keteguhan dan kekerasan emosinya melalui mata dan muka.

Film ini bisa dikatakan nyaris sempurna sebagai pembuka kelanjutan film-film superhero dari Jagad Bumi Langit. Di hari pertama tayang, Gundala mampu membius 179.000 penonton.  Seperti dikatakan sebelumnya, film ini menyampaikan lebih banyak kekuatan narasi serta pesan-pesan yang digiring dengan apik melalui konflik kemanusiaan, sosial, perbedaan, cinta bahkan hingga politik.

Dari hal sederhana yang kerap dirasakan menjadi point penting karena relevant dengan keadaan sekarang. Bagaimana Gundala menghadapi kenyataan akan kondisi sosial masyarakat yang mengerikan.  Pelacur politik dalam parlement, misalnya seakan menjadi pancingan Joko Anwar pada penonton akan krisis politik yang terjadi saat ini.

Narasi yang terkesan “heavy” ini bisa jadi justru membuat penonton kurang menikmati jalannya cerita. Hal ini karena penonton “dipaksa” untuk berpikir atas narasi-narasi konflik yang timbul dalam film Gundala. Hal ini bisa menjadi film yang terlalu berat bagi mereka yang ingin menonton gundala sebagai sarana hiburan.

Pada akhirnya, kehadiran Gundala sebagai film pembuka Jagad Bumi Langit bisa dikatakan sukses membuat rasa penasaran para penonton akan superhero lain yang ada di Bumi Langit. Apakah para pembaca penasaran akan kelanjutan kisah superhero lainnya seperti saya pribadi? Jika demikian mari berharap setidaknya Gundala 2019 ini akan menjadi standard bagus untuk kelanjutan film superhero berikutnya.