Review Film Paradise Hills - Kata Bojezs
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Review Film Paradise Hills


Paradise Hills merupakan sebuah film fantasi besutan sutradara wanita Alice Waddington.  Fillm yang ditampilkan dalam Sundance Festival Film ini termasuk mengusung isu yang agak “berat”. Meskipun begitu, bisa dibilang, film ini sukses dalam mengantarkan isi dan makna yang hendak disampaikan meski menurut saya terbilang agak berlebihan dalam “gaya” dan kurang berisi.

Film dengan cerita yang sedikit “memaksa”

Paradise Hills menceritakan secara blak-blakan mengenai bagaimana masyarakat mengkondisikan wanita kedalam situasi yang nyaman dalam kepatuhan, diam dan keblak-blakan ini kemudian dipertegas dengan adanya atmosphere yang dibangun dalam film melalui pulau yang digambarkan indah namun ternyata menyimpan rahasia kelam.

Fasilitas dalam film digambarkan sebagai sesuatu yang penuh dengan tipu daya terlalu mencolok, tanaman yang ditanam di setiap set, lukisan alam, dan tirai. Film Paradise Hills terlalu mengabdikan cerita dalam mengembangkan karakter yang terpenjara dalam pulau untuk menjadi dekat satu sama lain melawan penguasa pulau, the Dutchess.

Film dengan Isu feminis 

Seringkali, dalam Sundance Festival Film kita dapat melihat film yang akan menjadi bintang dalam tahun berkaitan, atau bisa saja film yang aneh, ganjil, sebagaimana film Paradise Hills. Film dengan deretan bintang perempuan ternama ini semakin jelas terarah dengan isu feminis. Penonton diajak untuk mengikuti alur cerita  yang berfokus pada konflik percintaan, pengendalian pikiran dan peran gender  serta fantasi.

Paradise Hills secara eksplisit memberikan statement bahwa pengaturan peran gender untuk wanita terkadang absurd, meremehkan dan juga repressive. Sebagaimana terlihat dalam karakter siswa-siswa di Paradise Hills, mereka merupakan dewasa yang berusia di pertengahan umur  20an namun diperlakukan bayi, diperlakukan sama dengan memakai seragam yang sama, serta mengikuti kegiatan-kegiatan yang direprsentasikan sebagai kegiatan “wanita kelas atas” yang seharusnya. 

Apalagi dengan kaos kaki panjang putih dan stoking serta sepatu yang bentuknya biasa dipakai oleh gadis remaja atau lebih muda usianya. Makin menegaskan pada treatment yang kurang tepat untuk seorang wanota dewasa.

Synopsis Paradise Hills

Uma (Emma Roberts ) terbangun dan menemukan dirinya berada di sebuah tempat yang bernama Paradise Hills. Paradise Hills merupakan sebuah fasilitas pendidikan  yang bertujuan untuk membentuk anak perempuan menjadi versi sempurna.  Fasilitas ini dikelola oleh sang Duchess (Milla Jovovich). Fasilitas pendidikan ini meliputi kelas etiket, kelas bernyanyi, merawat kecantikan, diet terbatas, senam, serta memutar balikkan kekurangan fisik dan emosional hanya dalam waktu hanya dua bulan.

Uma yang lugu serta blak-blak an menemukan persahabatan di antara para penghuni Paradise Hills yang lain. Uma yang pemberani kemudian menemukan suatu rahasia kelam di balik fasilitas pendidikan ini. Segera, hanya dalam waktu hitungan yang cepat, uma dan para sahabatnya harus bisa melarikan diri dari Paradise Hills sebelum tempat itu kemudian menghancurkan mereka.

Element fantasy yang justru sedikit mengganggu 

Jika ada hal yang bisa dibilang mengganggu “kesempurnaan” film dari Paradise Hills justru adalah element fantasy yang dihadirkan dalam film itu sendiri. Bisa dibilang, Paradise Hills menangkap rekaan aspek aestetik secara futuristic di masa depan sebagaimana yang familiar dalam video games, namun di tampilkan dalam sebuah film.

Penataan kostum yang mengingatkan pada film dystopias seperti “Hunger Games” dan “Final Fantasy” bisa dilihat dengan mudah.  Sebagaimana film dystopias yang lainnya, ada kelebihan dan kekurangan dalam  Paradise Hills yang cukup bisa dilihat. Kesombongan dan keangkuhan yang digambarkan dalam film ini tidak memberikan ruang yang cukup untuk pengembangan karakter dan bermain dengan menampilkan lebih banyak melodrama yang bervariasi.

Selain itu, ada sedikit kebingungan yang tercipta dikarenakan jalan cerita yang menyisakan pertanyaan.  Tak pernah disebutkan dengan jelas, apa dan siapa sebenarnya Dutches tersebut. Juga ketidakjelasan mengapa Uma menjalani rehabilitasi yang melibatkan kegiatan seperti tenggelam di air, dan beberapa aspek yang lain yang cukup membingungkan.

Ending dari Paradise Hills yang berakhir dengan beberapa pemeran yang selamat dari “bencana” di pulau agak sulit untuk dimengerti.  Hanya jika kamu teliti dan tak ketingalan dalam eksplorasi timeline dan plot cerita, mungkin bisa menangkap jawabannya. Namun begitu, film ini dengan sangat sederhana mampu menyampaikan narasi yang mudah dipahami melalui simbolisasi yang solid.