Ave Maryam: Cinta Terlarang sang Suster - Kata Bojezs
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ave Maryam: Cinta Terlarang sang Suster


Maudy Koesnadi is back! Pertama kali mendengar film Ave Maryam dan ini merupakan film buatan Indonesia, apalagi Maudy sebagai tokoh utama, tentu saja saya menjadi sangat penasaran. Lebih jauh, saya ingin melihat bagaimana Maudy berpenampilan sebagai biarawati dan melepaskan image Zaenab yang sudah lama melekat dalam dirinya sejak zaman sinetron Doel Anak Sekolahan.

Perjuangan Ave Maryam menuju bioskop Indonesia

Film Ave Maryam akhirnya dapat tayang di bioskop Indonesia setelah sebelumnya tampil dalam beberapa Festival Film Internasional. Dalam Film Festival 2019 film ini bahkan tampil dengan tanpa sensor oleh LSF karena mengandung unsur kebudayaan, edukasi dan tentu saja festival. Film ini sempat menimbulkan kontroversi sehingga sempat dicap tak laik tayang.

Kisah Cinta Terlarang 

Cerita dala, film Ave Maryam dinilai cukup kontroversi selain dari kisah cinta Biarawati, namun juga dengan adanya Maudy yang memainkan peran sebagai biarawati. Film dengan kisah latar belakang Semarang ini tak menayangkan adegan seks seperti yang diterka oleh sebagian orang. Sang sutradara Robby mampu memasukkan symbol dan memberi sugesti kepada penonton dengan memaknai :erotisme” melalui salah satu adegan tersirat yang elegan dan tidak murahan. Salah satunya dengan contoh penyorotan buku yang dibaca oleh Maryam dengan sampul bergambar badan bagian bawah perempuan telanjang sehingga memberi kesan sensual pada saat awal film ini muncul.

Lawan main Maudy, Chicco Jerikho yang bermain sebagai Romo Yosef  juga dicitrakan mempesona. Bahkan dalam satu adegan tokoh Romo muncul disaat hujan deras dengan baju yang basah. Ditambah dengan skill music dan wajah tampan, kesan seksi terlihat pada sosok tokoh ini. Kehadiran Romo Yosef pun membuat Maryam menjadi gundah. Perasaan antara keduanya tidak dapat dibendung sehingga terjebak dalam cinta terlarang. Bagian klimaks cinta terlarang ini ketika Maryam dan Chicco berada di sebuah mobil, dengan pintu terbuka, dan kedua tokoh memperlihatkan bagian tubuh mereka tanpa sehelai kain di tubuhnya.

Pergulatan bathin manusia antara nafsu, cinta dan dosa 

Konflik utama Ave Maryam adalah ketika suter Maryam dan Yosef terlibat cinta terlarang. Pergulatan konflik batin karena ada prinsip hidup yang harus dipegang atau memilih mengikuti kata hati atas nama cinta untuk mengejar kebahagiaan yang digambarkan melalui adegan erotis antara Chico dan Maudy.

Keduanya merasa bersalah, kacau atas apa yang telah mereka berdua lakukan. Ave Maryam memberikan berbagai pesan yang menyentil ranah kehidupan melalui dialog para pemainnya bak berbalas kalimat bijak. Salah satu kalimat terbaik adalah ketika suster Monic mengatakan ”Jika Surga belum pasti untuk saya, untuk apa saya mengurusi nerakamu?”.  Kalimat ini seakan menyentil keadaan sosial sekarang dimana kebiasaan masyarakat kini untuk mencampuri urusan agama seseorang menjadi sangat lumrah meskipun harusnya hal tersebut mestinya menjadi hak hakiki bagi setiap individu.

Suster Monic, ketika mengetahui dosa Maryam, alih alih menghakimi dan memberikan wejangan beliau justru memilih untuk diam. Baginya, lawan bicaranya adalah orang dewasa yang mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Suster Monic tahu bahwa Maryam sadar atas tindakannya dan konsekuensi atas tindakannya dan suster Monic tak ingin menjadi Tuhan seakan dia telah suci dari dosa. Demikian pula kalimatnya yang berisi ”Rahasiakan ibadahmu sebagaimana kamu merahasiakan aib-aibmu”.  Menjadi pesan penting bagi pemirsa agar menyimpan aib mereka, tak seperti sekarang dimana aib bahkan diumbar oleh pemilik dosa agar terkenal. Pesan-pesan yang terselip disampaikan tak hanya melalui dialog yang disampaikan dengan emosi namun juga pengambilan gambar yang epic.

Pesan toleransi agama melalui adegan singkat 

Toleransi menjadi salah satu pesan yang ingin disampaikan oleh sang sutradara melalui adegan singkat seorang gadis cilik berjilbab yang setiap hari mengantar susu ke gereja. Selain itu, keragaman agama juga divisualisasikan melalui adegan saat Maryam yang mengenakan seragam suster melewati masjid. Adegan-adegan penuh makna disampaikan melalui mimic dan gesture para pemain yang sangat kuat sehingga penonton bisa menganalisa pesan yang disampaikan dengan baik.

Pendeksripsian karakter yang dimainkan dengan baik menyiratkan karakter manusia selayaknya film religi lainnya. Sebenarnya saya mengharapkan ada konflik dan cerita yang lebih mendalam mengenai hubungan antara Maryam dengan Yosef, namun tampaknya cerita tersebut dibiarkan mengapung, entah karena terlalu sensitive ataupun karena durasi penayangan. Yang jelas, film Ave Maryam beruntung karena memiliki pemeran luar biasa seperti Chico dan Maudy Koesnadi yang mampu meniupkan nyawa ke dalam peran yang mereka lakonkan.