Sinopsis Film Little woman
Little Women merupakan kisah klasik yang sudah berkali-kali di garap. Baik dalam serial mini seri, film, animasi dan semuanya memiliki segala kelebihan masing-masing. Salah satu adaptasi terbaik dari versi film Little Women adalah rilisan tahun 1994 dimana kala itu film ini mendapat apresiasi dikarenakan jaln cerita serta film yang bertabur bintang. Pada tahun 1994, film itu digawangi oleh Wynona Ryder, Kirsten Durst, Christian Bale, dan Claire Danes.
Sang sutradara Little Women, Greta Gerwig juga menggunakan cast aktor dan aktris yang sedang bersinar dan tidak diragukan lagi kualitasnya. Ada Emma Watson, Florence Pugh, Saoirse Ronan, dan Timothee Calathe. Namun begitu, eksekusi terhadap adaptasi novel klasik Little Women inilah yang patut untuk diacungi jempol terlebih dahulu sebelum mengatakan bahwa film ini berakhir bagus karena para pemainnya.
Plot Zig-Zag yang terarah dan detail
Salah satu kelebihan film Little Women garapan Greta adalah pemasukan konteks sesuai dengan novel aslinya yang diselipkan dengan apik. Greta tahu bahwa menggarap film klasik yang sudah berulangkali diadaptasi, mendulang sukses merupakan satu-satunya jalan agar karya adaptasi miliknya akan selalu dikenang.
Greta menggunakan dua lini masa waktu, usia muda dan usia dewasa dalam menggarap novel klasik ini. Dengan menggunakan lini masa yang berbeda ini Greta ingin agar plot cerita mampu menampilkan pesan akan perlunya mengetahui ekspektasi dan realita. Greta menggunakan alur dua lini masa tersebut secara bergantian.dengan begitu kita bisa dengan mudah melihat perbedaan akan harapan para tokoh serta kenyataan yang mereka hadapi. Melalui film ini, bertambah umur bukan berarti segalanya.menjadi lebih mudah dan lebih dekat dengan impian dan harapan.
Isu Female Empowerment
Sebagaimana novel klasiknya, Little Women, Greta dalam film garapannya juga memasukkan.banyak sekali isu isu female empowerment dalam film adaptasi tersebut. Hal ini sangat terlihat jelas dalam tokoh Jo dan Amy. Keduanya merupakan tokoh perempuan yang sama-sama susah untuk di atur, ingin mendobrak kemapanan, dan ingin agar bisa hidup bahagia dengan jalan hidup yang sudah dipilih.
Jo misalnya, sebagai seorang penulis ia ingin agar bisa menuliskan karya yang menggambarkan atas isu perempuan yang sebenarnya masih tabu saat itu dan tidak populer. Ia juga ingin bisa menjalani hidupnya dengan tanpa harus memikirkan kewajiban untuk menikah hanya dikarenakan tuntutan dan norma saat itu bahwa anak perempuan harus menikah.
Ironisnya, Jo hidup dalam masa dimana perempuan merupakan subjek yang termarjinalkan. Bahkan ia dengan sangat terpaksa harus memasukkan unsur romantisme dalam karyanya hanya agar memenuhi tuntutan Dashwod karena menurutnya akan sangat tidak logis bila seorang perempuan tidak memiliki love interest.
Adaptasi yang totalitas dengan karya aslinya
Sebagai sebuah karya adaptasi yang sudah berulangkali dibuat, Greta sadar betul bahwa ia harus memberikan sesuatu yang berbeda dari sebelumnya. Skenario dari adaptasi Greta dibuat dengan sedikit sekali perubahan yang dilakukan. Greta menambahkan makna konteks dalam film adaptasi garapannya. Hal inilah yang membuat film ini menjadi berbeda. Ditambah dengan teknik shot dan directing khas Greta yang membuat film ini semakin terasa mahal.
Dari aspek setting lokasi, kostum hingga pemilihan casting memberikan capaian hasil yang sangat menawan. Nuansa abad ke -18 dibuat.dengan apik dan koheren sehingga membuat penonton merasa menyatu dengan masa tersebut. Detail pada kostum pun di buat dengan sedemikian rupa sehingga melekat dan menggambarkan pencerminan watak dari masing-masing pemain. Jo lebih sering menggunakan warna hitam, ungu gelap, Meg lebih sering dengan warna hijau, Beth dengan warna pink dan Amy dengan warna biru.
Tak heran jika penata kostum Duran mendapatkan penghargaan karena ketelitian akan detail dalam setiap penampilan dan kostum dari masing-masing pemain. Tak hanya itu, kostum dalam film adaptasi ini juga paling sesuai dengan penggambaran di dalam buku. Contohnya karakter Jo yang selalu mengenakan jaket ketika dia akan menulis sesuatu.
Seluruh pemain juga memberikan totalitas akting dalam peran mereka. Bahkan mereka bisa dengan fasih mengucapkan kata-kata dalam bahasa inggris kuno. Seperti dalam contoh ketika tokoh Jo menolak lamaran dari Laurice.
Secara keseluruhan, Little Women merupakan film yang patut untuk anda tonton terutama jika anda merupakan seorang feminis. Disini anda bisa merasakan perjuangan perempuan dalam mengejar cita-cita mereka dan bagaimana menghadapi kenyataan yang justru bertolak belakang dan menghempaskan mimpi dan harapan mereka.