Ku Cumbu Tubuh indahku
Tanpa diduga, film garapan Garin Nugroho Ku Cumbu Tubuh Indahku yang sempat mengalami boikot di beberapa kota karena dianggap menampilkan persetujuan LGBT, justru kemarin di perhelatan FFI memborong penghargaan.
Film Kucumbu Tubuh Indahku diputar lagi di bioskop setelah menang
Tak lama setelah kemenangan yang mengejutkan di Piala Citra film Kucumbu Tubuh Indahku akhirnya nongol lagi di bioskop. Meskipun begitu pemutaran film ini hanya tayang di beberapa jaringan bioskop tertentu saja. Pemutaran film ini tak lebih dikarenakan adanya animo yang sangat tinggi dari masyarakat yang masih belum sempat menonton film ini.
Film Kucumbu Tubuh Indahku menyabet 8 piala penghargaan sekaligus. Penghargaan tersebut adalah Sutradara Terbaik, Penata Busana Terbaik, Penata Musik Terbaik, Pemeran Pria Terbaik, Pemeran Pendukung Terbaik, Penyunting Adegan Terbaik, Pemeran Pendukung Pria Terbaik.
Peraihan piala citra ini menjadi puncak sekaligus pelengkap atas peraihan prestasi yang di peroleh film besutan Garin ini.
Fakta Menarik film Kucumbu Tubuh Indahku
Sebagaimana kontroversi dari film Kucumbu Tubuh Indahku, ada beberapa fakta menarik yang sebenarnya perlu diketahui oleh masyarakat.
Mengangkat budaya tradisional mulai dari Lengger Lanang, Warok hingga Gemblak.
Semenjak di awal film, film ini sangat lekat dengan unsur budaya Indonesia, khususnya budaya Jawa. Dimulai dengan pengenalan Lengger Banyumas, Warok, hingga Gemblak asal Ponorogo, Jawa Timur.
Tari Lengger merupakan tari tradisional yang dipentaskan oleh penari laki-laki yang berdandan seperti penari perempuan. Tarian Lengger penggabungan antara sisi maskulinitas dengan feminitas dalam satu tubuh penari. Sedangkan Warok dan Gemblak adalah sebuah tradisi dimana Warok mengangkat bocah laki-laki sebagai Gemblak yang kemudian di pelihara olehnya.
Dalam sebuah cuplikan adegan, Warok yang diperankan oleh Whani Darmawan mengklaim Juno sebagai gemblak miliknya dan siapapun tidak boleh menyentuh sang bocah. Dalam tradisi Reog, seorang gemblak dianggap sebagai sumber kekuatan supranatural bagi warok. Konon ketika warok harus melakoni “puasa wadon” warok akan tidur dengn gemblaknya sebagai ritual yang harus dijalani.
Menceritakan trauma masa kecil yang berlanjut hingga masa dewasa.
Cerita ini berawal dari Juno yang mengalami trauma di masa kecilnya. Juno harus menghadapi rasa kesepian setelah ia ditinggal oleh sang ayah. Semenjak masih berusia belia, Juno telah menjadi saksi sekaligus korban dari berbagai rentetan kejadian traumatis dimulai dari hukuman fisik yang dilakukan oleh Bu Lik nya (tante), guru yang mengajar di sekolah, bahkan hingga menyaksikan bagaimana sang guru Lengger (Sujiwo tedjo) membunuh selingkuhan istrinya dengan sadis.
Setelah Juno remaja, Juno memutuskan untuk menekuni profesi sebagai penari lengger namun dengan rasa traumatis yang terbenam dalam lubuk hatinya, Juno yang merasa kesepian akhirnya terlibat dalam berbagai konflik cinta mulai dengan seorang petinju yang diperankan oleh Randy Pangalila hingga bercinta dengan seorang warok.
Film yang di protest di negeri sendiri namun disambut dengan hangat di luar negeri. Sebagaimana disebutkan di atas, film ini banyak menuai protest, salah satu diantaranya karena film ini dianggap menceritakan LGBT serta muncul adegan vulgar. Padahal film ini meraih apresiasi di luar negeri. Sebelumnya film ini wira wiri dalam festival film di luar negeri.
Terinspirasi dari kehidupan Rianto, penari lengger asal Indonesia yang sekarang hidup di Jepang. Kisah hidupnya banyak menginspirasi orang termsuk Garin.
Paket lengkap yang menampilkan bahasa rasa, bahasa oral, bahasa batin. Selain itu dengan mengangkat budaya tradisional dan mengenalkan budaya Indonesia ke luar menjadi salah satu keunggulan lain.
Mengangkat isu orientasi seksual yang cukup sensitive
Garin Nugroho mengatakan bahwa ia memiiliki beberapa alasan mengapa ia mengangkat isu sensitive dalam film Kucumbu Tubuh Indahku. Menurutnya, tubuh menyimpan kenangan dan rangkaian kenangan terssebut mengurai sejarah manusia, sejarah trauma dan traumanya sendiri bukan hanya melibatkan personal namun juga representasi atas keadaan sosial dan politik yang dialami oleh sosok individu. Sebagai seorang penari lengger harus bisa menampilkan sosok yang feminim sekaligus maskulin dalam satu tubuh. Dan hal ini tentu saja akan menimbulkan dampak pergolakan jiwa yang sangat menantang.hal inilah yang kemudian Garin ingin visualisasikan dalam film.