Review Film Semesta
Film Semesta bisa dikatakan sebagai film yang memiliki misi mendalam. Sang produser yang juga merupakan aktor ternama Nicholas Saputra berharap dengan adanya film ini masyarakat dapat lebih mencintai lingkungan.
Film Dokumenter Yang Tidak Membosankan
Jika anda bukan penikmat film dokumenter, mungkin dengan menonton film Semesta anda bisa mulai menyukai film jenis dokumenter. Dengan latar belakang kekayaan ragam budaya, panorama, hingga alam membuat film ini sangat layak untuk di tonton. Jika anda ingin memberikan edukasi mengenai alam kepada anak, film Semesta merupakan film yang sangat layak untuk ditonton bersama keluarga.
Penggarapan Yang Serius
Sebagai film.dokumenter, semenjak awal film Semesta dirancang agar berbeda dengan film dokumenter lain. Di mulai dengan melakukan riset mendalam dalam mencari 7 tokoh protagonis dalam film ini. Bukan hal yang mudah pastinya, terutama mengenai bagaimana membuat tokoh dalam film documenter ini selain menceritakan kisah mereka, namun menginspirasi dan tetap tidak membosankan dalam durasi yang panjang.
Film Semesta ini merupakan film yang menjadi debut produksi dari Tanakhir Films. Meskipun merupakan debut, mereka sangat concern dengan narasi, visualisasi dan cerita yang hendak disampaikan dalam film.
Cerita berbeda namun sarat makna dan pesan
Terdapat tujuh kumpulan cerita yang merupakan sebuah cerita nyata yang dialami oleh para tokohnya.
Kisah pertama bermula di Bali, Tjokorda Raka Kerthyasa yang merupakan tokoh budaya yang bertempat di Ubud, Bali. Sebagai pemuka agama, dia menjadikan hari raya Nyepi sebagai momentum bagi manusia melaukan jeda dan berkontemplasi dengan waktu dan alam untuk beregenerasi.
Kisah kedua dari Kalimantan Barat, Agustinus Pius Inam, kepala dusun dari Sungai Utik. Sebagai kepala dusun, meminta agar penduduk desanya hidup dengan mengikuti tata cara adat dalam melestarikan hutan.
Kisah berikutnya dari Nusa Tenggara Timur, Romo Marselus Hasan. Seorang pemimpin agama Katholik yang menyerukan pesan kepada para jemaat agar berdamai dan menjaga kelestarian alam, utamanya sumber mata air.
Kisah keempat adalah Almina Kacili. Almina merupakan perempuan yang berusaha menjaga tradisi dan kearifan local “sasi” yang bertujuan untuk melindungi wilayah yang didiami dari eksploitasi alam, utamanya para nelayan yang menggunakan peralatan illegal.
Kisah kelima adalah Muhammad Yusuf yang merupakan imam masjid di Desa Pameau Aceh. Sebagai seorang pemuka agama Islam yang daerahnya menerapkan syariat Islam, Muhammad Yusuf memperingatkan masyarakat terkait pelestarian alam dikarenakan prihatin dengan banyaknya penebangan liar di hutan. Hal ini pula yang mengakibatkan beberapa masalah lain seperti pemanasan global, banjir, longsor dan kawanan gajah yang masuk ke perkampungan.
Kisah keenam ada Iskandar Waworuntu yang hijrah dan kini hidup dengan mengandalkan sebidang tanah kering. Tanah tersebut diberi nama Bumi Langit.
Kisah ketujuh sekaligus akhir dari perjalanan Semes7a adalah cerita dari Soraya Cassandra yang merupakan petani kota pendiri dari kebun Kumara, Jakarta. Dengan menjadi petani di kota besar Jakarta, Soraya mengubah paradigma petani serta melakukan kampanye prinsip belajar dari alam yang secara kreatif bertujuan mengubah tanah dn lahan di Jakarta menjadi hijau kembali.
Menyajikan hubungan harmonis antara agama, budaya serta alam
Melalui cerita yang disampaikan oleh 7 tokoh utama dalam film Semes7a dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap agama yang ada di Indonesia memiliki semangat menjaga alam, menjaga lingkungan termasuk suku yang ada di daerah pedalaman. Kita dibukakan mengenai kesadaran menjaga lingkungan dan alam yang seharusnya dilakukan oleh semua orang tanpa terkecuali.
Yang terpenting adalah” mengapa masih ada masyarakat Indonesia yang merusak alam? Apakah mereka sudah tidak lagi beragama dan berakal? Mengapa mereka mengabaikan agama untuk mengeksploitasi alam untuk mendapatkan keuntungan materi? Bukankah hal ini sebenarnya sudah bertentangan dengan agama dan juga pancasila?
Melalui film Semes7a, contoh mengenai bagaimana hidup secara harmoni bersama alam, menyelaraskan keseimbangan merupakan hal yang harus ditiru dan diterapkan. Film dokumenter dengan durasi 88 menit patut untuk ditonton dengan keluarga dan mengajarkan anak mengenal alam.