Ngobrol Film: The way I Love You
Bagi para pecinta drama friendzone, nih ada
1 lagi film rekomendasi yang cocok buat ditonton pas malam minggu sambil
mengasihani diri sendiri yang juga terjebak dalam friendzone. Heheheh.
Bentuk cinta dari emotional intimacy
Seperti semacam tradisi, setiap menjelang Valentine
Day selalu ada film romantic remaja yang diluncurkan oleh filmmaker. Target
remaja ini mungkin saja karena pangsa pasar yang memang luar biasa, dan juga
biasanya menjadi daya tarik keterikatan emosional bagi remaja karena mereka
merasa ikut merasakan romantisme atau paling tidak ingin juga merasakan
romantisme yang dihadirkan dalam film. Menurut sutradara Rudy Aryanto, membuat
film rremaja justru susah karena harus dapat menfasirkan pikiran remaja dan
hasil yang tetap emosional.
Melalui film ini penonton diajak untuk
mengenal lebih dekat bentuk cinta yang lebih dikenal sebagai emotional
intimacy-atau kedekatan emosional. Kita diajak untuk tidak lagi menilik cinta
dari segi fisik.
Kedekatan emosional ini terbentuk ketika dua orang yang
menjadi lebih dekat karena mereka merasakan hal yang sama, saling mengerti dan
mendukung satu sama lain, serta tidak ragu untuk menceritakan hal-hal yang
mungkin saja personal. Film The Way I Love You benar-benar memberikan gambaran
atas kedekatan emosional antara kedua tokoh utama, Senja dan Anya.
Melalui film ini kita diajak untuk melihat
bentuk cinta yang lain yang tak harusnya diabaikan.
Namun satu hal yang menjadi salah satu hal
yang bikin “gatel” sekaligus gemas, plot
twist dalam film ini! Entah karena ingin memfokuskan pada kedekatan emosional
atau ingin menciptakan kesan untuk menyembuyikan sesuatu, jalan ceritanya
justru seperti dipaksakan. Bagaimana tidak, ketika Anya, sepupu Senja yang
kebetulan meninggalkan buku diary Senja yang lalu dipungut oleh Bara.
Disini
Bara lalu seperti mencari-cari siapa si empunya buku diary dengan mencocokan
tulisan tangan yang ada di buku diary dengan tulisan tangan teman-temannya.
Bukankah cukup dengan bertanya pada Anya, karena dibeberapa kesempatan pernah
melihat Anya memegang buku tersebut. Atau paling gampang, bukankah di diary
tersebut ada nama Senja? Jika Bojez adalah bara, pasti akan langsung datang ke
Anya untuk bertanya buku siapa itu. Daripada meminta satu-persatu siswi
memperlihatkan tulisan tangan mereka.
Satu lagi, persoalan siapakah sebenarnya Badboy itu, Rasya atau Bara?
Sepertinya akan menjadi mistery dimana penonton diberikan kebebasan untyk
memilih siapa Badboy nya. Mestinya tak perlu dijadikan twist mengenai Badboy
ini. Bukankan main focus film ini adalah kisah hubungan Anya dengan Senja yang
saling mengisi? Hubungan antar keduanya lah yang sepatutnya patut lebih banyak
mengambil porsi karena merekalah yang ingin ditonjolkan dalam kedekatan
emosional yang sedari awal ingin diungkapkan. Kisah percintaan Senja dengan
Bara cukup menjadi pemanis dalam film.
Seperti layaknya film remaja lainnya, kisah
klise dalam film remaja sangat mudah ditebak, dengan akhir cerita dimana kedua
tokoh utama selalu bersatu. Bahkan dalam poster filmnya sudah terang-terangan
menyiratkan hal tersebut.
Aspek-aspek
penceritaan yang disebutkan diawal menjadi hanya pajangan belaka. Tidak ada
perkembangan dan inetraksi dinamis antar tokoh. Bahkan sang sutradara terkesan
seperti memakai mode autopilot dalam penyutradaraan. Beruntung, film The Way I
Love You memiliki bintang berbakat Syifa Hadju yang mampu menghadirkan
protagonist yang manis, likeable serta mampu memberikan karakter tokoh yang
kuat disini. Tissa Biani juga mampu mendukung sebagai tokoh yang memorable
dalam film ini.
Karakter Anya yang
periang dan mengeluarkan celetukan celetukan konyol sedikit mampu mengisi
plot-hole dalam film. Berbeda dengan Rizki Nazar sebagai Bara yang masih
sedikit dipertanyakan bagaimana ia dapat berlakon secara alami. Dalam satu
adegan bahkan ia seperti terkesan tersenyum terpaksa ketika ayah nya
menggunakan kata “kecelakaan” sebagai arti “menghamili”. Sehingga menjadikan
adegan ini patut sebagai adegan komedi gagal dalam film tersebut.
Sebenarnya, film ini memiliki pesona
tersendiri. Menyajikan tontonan kisah yang lucu, hangat serta menghibur. Hanya
saja perlu sedikit penyesuaian dalam beberapa plot agar tidak menjadi kisah
yang garing. Meskipun begitu film ini sudah mampu untuk menghadirkan kisah film
remaja yang sedikit berbeda dengan kisah film remaja kebanyakan.